Rabu, 12 Desember 2012

Karakter Cowok Idaman--HAH???

Tulisan ini iseng-iseng aku tulis dan posting. Tapi isinya bukan iseng-iseng. Oleh karena itulah aku kasi lebel "Celoteh". Haha, tapi nggak semua celotehan adalah iseng-iseng.
Okeh, apa celotehan pertama kita di blog ini? Hm... ingin membicarakan tentang karakter. Karakter apaan? Karakter cowok idaman. Ya elah, hari gini masih ngomongin cowok idaman? Tapi kayaknya nggak ada salahnya kan kita punya cowok idaman? He, kalau dapet ya syukur kalau nggak ya sabar dan terima apa adanya ^_^.

Sekedar Share ajjah ya. Tipe yang akuh suka itu::
  1. Yang jelas kalau ngedenger adzan dia langsung cabut ke masjid apapun alasannya. Aku suka cowok yang shalatnya jamahan di masjid. Apalagi kalau dia yang adzan :)
  2. Dia harus penyayang dan itu bisa dibuktikan dengan bagaimana dia memperlakukan sang ibu.
  3. Paling nggak dia hafal juz amma dan suaranya kalau ngaji buat aku nggak bisa tidur semaleman (jadi pengen denger terus, Hehe)
  4. Minimal di tasnya ada buku dan pulpen. Kalau dia lagi boring atau suntuk dia bakalan nulis puisi (walaupun itu bukan buat aku :)) 
  5. Suka nulis: catatan, nge-blog dan apapun jenisnya. Yang pasti suka nulis, asal jangan nulis utang aja ye, hehe. Biar bisa saling share tulisan dan berbagi ilmu tentang tulis menulis.
  6. Dia harus mencintai alam, seperti suka mendaki gunung, jalan-jalan ke tempat yang natural2. Yang pasti dia suka melakukan hal-hal yang berhubungan dengan melindungi alam, mendekatkan diri dengan alam dan sejenisnya.
  7. Anak perpustakaan yang suka naik gunung [menguatkan point no. 6]

Sabtu, 13 Oktober 2012

SEDAU oh SEDAU

Alhamdulillah hari kamis tanggal 11 Oktober kemarin, aku dan beberapa teman MEDIA (Rina, Kak Deny, Icha dan cukem) bisa jalan-jalan menikmati pemandangan alam desa Sedau yang indah. Sekalian survey isu untuk LJTD MEDIA yang ke XXI, kami menyempatkan diri melihat lokasi kemah dan take beberapa foto.

Desa Sedau sendiri masih termasuk dalam kecamatan Narmada-Lombok Barat. Lokasinya tidak jauh kok. Tepat di pasar keru belok kiri. beberapa kilo dari sana kita sudah masuk desa Sedau (ada kok gapuranya, jadi jangan takut kesasar). Jalannya juga lurus terus, nggak belok-belok.
Nah, Lokasi LJTDnya (tuh, tempat kami foto-fotoan itu) tidak jauh dari gapura. Nanti kalau sudah masuk desa Sedau, kita akan menemukan masjid besar, di depan masjid itu ada jalan masuk atau disebelah kanan jalan. Ikuti saja jalan itu sampai menemukan kuburan belok kanan dan sampailah kita di bendungan Sedau yang keren banget pemandangannya. Lokasinya juga pewe banget buat foto-foto atau santai.
Kalau masalah jalan, tidak terlalu parah sih. Memang belum harus jalannya, namun masih bisa dijangkau pakai mobil atau motor. Hanya saja, kalau bisa pakai masker ya kalau nggak mau wajahnya kena debu. Soalnya, karena jalan yang belum diaspal dan banyak truk yeng mengangkut pasir keluar masuk, debunya bisa tebal banget :D.

Nah, ini dia sebagian dari foto-foto yang kita take:
fotografer: Deny Hartawan

Kamis, 11 Oktober 2012

SENJA UNGU


SENJA UNGU
Oleh: Wiladah Azzahra

Aku menatap perempuan itu. matanya bengkak dan tatapannya kosong. Dia tidak bisu namun tidak juga bersuara. Sudah hampir separuh hari dia diam mematung. Hanya kedipan, gerakan yang ia lakukan. Hampir separuh waktu juga aku berusaha menyelami pikirannya, namun aku tak mampu. Mungkin dia tidak berfikir. Mungkin pikirannya kosong.
Kereta ke delapan berhenti di depan kami. Aku pikir dia akan bergerak, membawaku masuk kereta. Namun dia masih mematung. Memandang lurus ke depan. Kosong.

Hari semakin meninggi. Aku masih setia duduk di sampingnya. Menghitung sudah berapa kereta yang kami lewati. Sudah berapa banyak orang yang melewati kami juga berapa kali perutku berteriak ingin disumpal dengan makanan.
Ketika senja sudah tampak, bersinar lembut pada gerbong kereta selanjutnya, perempuan itu bangkit dari kursi. Jilbab merahnya yang panjang melambai anggun di punggung.

“Ini kereta kita,” katanya tanpa melihatku.

Dia bergegas memasuki kereta. Aku mengekor di belakangnya.

Seperti biasa saat kami selalu menaiki kereta bertiga, ia mengambil tempat tepat di tengah. Menyimpan barangnya dengan hati-hati kemudian menikmati empuknya kereta express yang nyaman. Aku duduk di sampingnya. Mengikuti pandangannya yang jauh jatuh pada senja.

“Ibu,” suaraku bergetar.

Dia tidak melihatku. Tatapan matanya tetap pada senja.

“Kapan kita pulang?”

Jantungku berdebar menunggu jawaban dari bibirnya yang kering.

“Nanti jika senja tidak lagi Jingga, namun berganti ungu anggur yang anggun.”

Aku menatapnya lebih lekat lagi. ia masih memandang senja. Bibirnya bergerak pelan. Dalam hati aku menebak, mungkin ia tengah membaca mantera  agar senja tidak lagi berwarna senja namun ungu anggur yang anggun. Tetapi, keraguanku menepis, mungkin sebaliknya itu mantera untuk mempermanenkan senja yang jingga.

Aku membuka tas ranselku kemudian mengeluarkan kotak crayonku. Kuambil warna ungu anggur yang masih utuh. Dengan cepat aku menggoresnya di kaca jendela kereta. Perempuan itu kaget namun tidak menghentikan tanganku sampai akhirnya crayon unguku habis.

“Ibu, Senja sudah menjadi ungu. Ayo kita pulang. Ayah dan Cierra pasti sangat merindukan kita di rumah.”

Perempuan itu memelukku erat sekali. Dia menangis. Air matanya membasahi pundakku. Tidak ada kata-kata yang aku tunggu keluar dari bibirnya. Hanya isakan tangis yang tak bisa ditahannya.

Sementara itu, kereta yang kami tumpangi bergerak perlahan dan akhirnya semakin kencang. Sudah terlambatkah untuk kembali ke rumah? Sama seperti senja ungu yang mungkin tidak akan pernah ada?
*****

SEBUAH MOZAIK YANG HILANG




oleh:: Wiladah Azzahra


Lagi-lagi kau duduk di sana. Memandang keluar jendela dengan mata yang basah. Pandanganmu jauh tanpa titik tumpu, tanpa isi. Pikiranmu melayang mencari-cari sosok yang kau rindukan. Tapi, memorimu yang sudah usang itu tidak lagi kuat berkelana terlalu jauh.
Kau memejamkan mata. Menarik memorimu yang telah berkelana tanpa tujuan. Berhenti sejenak melepas penatnya memori yang baru kembali itu. Kau berdiskusi sejenak dengan memorimu yang telah tenang. Kemudian sepakat untuk berkelana ketempat yang tidak terlalu jauh. Ke tempat yang lebih pasti kau ingat di mana.
Hujan. Hujan kembali turun di saat kau duduk sambil memandang ke luar jendela. Matamu telah kering namun bau tanah basah segera menyeruak hidungmu. Memorimu menangkap sesuatu. Sebuah mozaik yang mungkin hilang dari ingatannya sedangkan kau masih mengingatnya. Memorimu yang tua tidak mampu lagi menyimpan semua mozaik-mozaik kehidupanmu, namun kau berusaha untuk tetap mempertahankan mozaik tentangnya. Sosok yang selalu kau harapkan muncul dari pintu gerbang bercat hijau lumut itu.
###
Kau berlari tergesa menghampiri seorang anak laki-laki yang menangis. Dia memegangi lututnya yang berdarah. Tangisnya semakin pecah saat kau ada di depannya. Sepeda kecil roda dua miliknya tergeletak tepat di sampingnya.
“Tyo, kenapa sayang?” Kau memeluknya. Mengelus kepalanya dengan sayang.
“Kaki Tyo sakit, Bu.” Anak laki-laki itu merengek.
Kau menggendongnya kemudian menenangkannya dengan senyuman. Tyo berhenti menangis. Dia bersandar di bahumu dan ikut tersenyum.
“Nah, kalau tidak menangis rasa sakitnya pasti hilang.” Katamu lembut.
Dia adalah hartamu satu-satunya yang paling berharga setelah suamimu meninggal. Ka begitu menyayanginga. Mendidiknya, membesarkannya serta selalu menjaganya dengan kasih dan sayang. Kau rawat dan jaga dia dengan hati-hati. Selalu memberikannya pupuk agama agar kehidupannya selalu lurus. Ya, kau berhasil membuatnya menjadi sosok yang baik dan penyayang. Kau berhasil.
###
Namun tidak setelah dia dating. Orang ketiga. Perempuan dengan paras cantik yang menjadi pelengkap hidupnya. Dan hari itu adalah hari terakhirmu bersamanya.
“Tyo, Tyo tolong ibu, Nak.” Kau merintih kesakitan.
“Astaga, Ibu. Ibu kenapa?” dia datang. Menghampirimu dan membantumu duduk di bibir ranjang. “Tyo kan sudah bilang kalau ibu butuh apa-apa panggil saja aku atau Mira.”
“Ibu Cuma mau ke kamar mandi.”
“Biar Tyo bantu.”
“Ibu bias sendiri.”
“Ibu.”
Kau menangis. Kau merasa tidak berguna setelah kakimu lumpuh. Kau merasa seperti beban untuknya.
“Aku akan bicara pada Mira agar dia berhenti bekerja dan merawat ibu di rumah.” Dia mencoba untuk menenangkanmu. Tapi, kau menolak.
Kemudian datanglah peremuan itu. Dia membentak dan mengatakan tidak sanggup merawatmu. Tidak ada yang membelamu tidak juga laki-laki yang duduk di sebelahmu. Air matamu jatuh. Hatimu sakit.
“Lebih baik ibu kita titipkan di pantai jompo saja.” Akhirnya perempuan itu membuat penawaran.
Kau diam. Matamu melihat Tyo, menunggu jawabnnya. Walaupun sebenarnya kau sudah pasti tau apa jawabannya. Laki-laki itu mengangguk.
Ya, itu salahmu. Seharusnya kau lihat dulu seperti apa perempuan itu. Atau mungkin memang cinta yang telah membutakan mata anamu terhadap dirimu sendiri.
###
Dan lagi-lagi kau duduk di atas kursi rodamu sambil melihat keluar jendela. Menunggu sosok yang kau rindukan muncul dari balik gerbang hijau lumut panti jompo. Air mata kembali mengalir di pipimu yang berkerut. Samar-sama diantara tirai-tirai hujan, kau melihat sosok itu mendekat membawa paying. Tersenyum ke arahmu.
“Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin dia mengingatku setelah satu tahun berlalu.” Kau membatin berusaha menepis bayangan sosok yang terlihat semakin mendekat itu.

Minggu, 07 Oktober 2012

Bukuku:: Serahim Nira


Ini buku terakhir yang terbit dari semua buku antologiku sekaligus buku kesepuluhku. Alhamdulillah target tahun lalu memiliki setidaknya 10 buku antologi tercapai. Yang lebih spesial, buku ini adalah buku pemenang lomba cipta cerpen WR tingkat nasional. Cerpenku yang berjudul LINGKARAN TIGA SUDUT terpilih dari sekian banyak peserta lomba. Ini adalah pencapaian yang luar biasa untukku :)

Judul: Serahim Nira Pemenang Lomba Cerpen Remaja 2012
Tebal: vii + 156 hlm
Harga: Rp 30 ribu (belum termasuk ongkir)
ISBN: 978-602-19968-8-1
Terbit: Juni 2012

Sinopsi:

Merupakan buku antologi pemenang lomba cerpen remaja 2012 yang diadakan oleh Writing Revolution dengan jumlah peserta mencapai 300 cerpen. Kemudian dinilai untuk memilih 30 cerpen dalam buku ini, memiliki berbagai keunikan dan kekhasan dalam penulisan cerpen. Mulai dari cerpen lokalitas, urban, realis, remaja dan abstrak dengan teknik penulisan yang memikat.

Seperti penggalan cerpen Serahim Nira kutipan berikut ini:

Pohon aren itu ibunya, parang itu bapaknya. Pada bunga jantan yang belum mekar, ia memanah jantung nira. Dari batang mayang, lahirlah cairan dunia. Cairan gula. Semurni telaga surga. Manis kau kecap tiada tara. Sementara tak jauh dari sana, berserakan hati yang tak mengenal rasa.

Hati itu milik para penyadap nira. Penyadap kehidupan dari cairan dunia. Meski begitu, di lidah mereka nira tak pernah manis terasa. Sebab dunia ini hanya mengajarkan mereka satu rasa yang tak terdefinisikan. Nanar. Pahit seperti getah pohon awar-awar.

Getirnya sepanjang edelweiss. Abadi dan tak habis dihela waktu. Nanarnya sepanjang kamboja. Kelindan yang suram. Bagai harapnya hanya pekuburan. Tanyamu mengapa? Sebab di negeri ini nafas-nafas yang mencari hakikatnya musafir di tanah sendiri. Pun pemuda ini.

Bukuku:: 99 Pesan Kerinduan untuk Presiden

Buku antologi kesembilanku inih. Dalam buku ini ada 99 surat untuk presiden. Harapan, keingginan, doa dllnya.

Cover buku, 99 Pesan kerinduan untuk Presiden.
99 Surat
22 Puisi.
11 Pantun/syair


Bukuku:: Narsis Unlimited



Ini buku keberapa ya??? Kisah Kesasar saat akan menghadiri pernikahan salah satu teman kampusku, kutulis dalam buku ini. Kocak dan bikin geregetan. xixixi

Adapun nama dan judul tulisan para kontributor dalam buku "Narsis Unlimited" adalah:

Dokter Narsis Mendadak Artis - Bardatin Lutfi Aifa
Ibu Paling Imut- Cicik Sri Winarti
Narsis Datang, Tulisan Tentang Travelling Melayang- Pujia Achmad
Guru Narsis Minder Terkikis- Rifka Fatmawati
Cantik + PeDe = Narsis-Qorri Aina
Buku Gue Gitu Looohhh …!- Ana Khairina
Dimana Kau Sepatuku- Tina Yaneshawary
Narsisnya Bang Adi - Asma Az Zarqaa
Hore, Fotoku Nampang di Koran!- Risah Azzahra
Chocolate is Confidence - Saiful Anwar
Berkat Sispala-Rik Sjp
Geng Hancur-Ade Batari
Penyasar Tangguh-Raldina Asdyanti
Kamera Memoriku – Sabil Ananda
Hyper Narsis - Pameta Filsa
Say Yes To Narsis! - Arista Devi
Sepatu Derita-Bung Tsu
Bening ? Ops ..-Irmayana
Lampu Merah Pembawa Berkah-Rozie deedee
Narsis Ke Masjid-Aa_Kaslan
Bukan Sembarang Eksis, Makna Eksis bagi Quizes Hunter-Nurkartikasari
Terjebak Narsis-Chinglai Li
Bandung Super Mall - Taufiqurrahman Hariri
Gank Kesasar - Dhoifurrohmaniyah

PASHMINA:: Jilbab Selendang

Sebenarnya sih, ini produk yang aku jual. Namanya Pashmina. Jilbab yang bentuknya kayak selendang gitu. Sebelum ngetren, aku sudah punya beberapa dan dulu sering banget memakainya. Namun karena berat badan yang kian naik sehingga membuat bentuk badan aku melar, aku tidak cukup PD untuk menggunakannya.

Sampai akhirnya sore ini aku memakai pashmina lagi. Ceritanya mau motret-motret untuk katalog onlinenya. Eh, ternyata nyaman makainya. Akhirnya, JJS tadi memberanikan diri memakai pashmina. Walaupun akhirnya dandanan menjadi berantakan karena kenna angin :)


Nggak cuma pashmina. Aku juga coba-coba pakai Headbad. Aslinya sih nggak tau bagaimana cara pakainya, tapi aku asal aja makainya dan beginilah hasilnya::

Berdandan, Bagian dari Kehidupan Seorang Perempuan

Ini hanya sebuah rekayasa (fotonya) Ceritanya lagi dandan

Dandan? Sejak kapan ya jadi maniak berdandan? Jadi lebih memerhatikan penampilan dan lebih rapi. Walaupun wajah tetep aja begitu rupanya dan nggak rapi-rapi, tetep dandan.

Sejak beberapa bulan yang lalu; bedak, lipbalm, minyak wangi dan tissue menjadi penghuni tas jinjingku. Nyadar kalau kulit wajah tipe minyakan (sampai bisa goreng telur tuh di minyak wajah, xixixixi), maka bedak adalah alat make up yang wajib di bawa. Lipbalm ikut serta karena bibir suka pecah-pecah dan kering. Serta minyak wangi, karena badan yang terlalu cepat berkeringat. Sedangkan tissue, aku lebih senang menggunakan tissue basah. Karena memiliki beberapa keunggulan. Beberapa diantaranya, tissue basah bisa menjadi pengganti air untuk cuci tangan di saat kita membutuhkannya. Tidak lengket di wajah yang minyakan seperti tissue kering. Lebih wangi dan lain-lainnya.

Nah, sejak beberapa bulan itu juga baru nyadar kalau perempuan dan berdandan itu tidak bisa dipisahkan. Dandan itu penting dan perlu. Bukan hanya membuat kita sekedar terlihat lebih cantik atau fresh, tapi juga dapat menimbulkan rasa percaya diri (asal jangan menor aje dandanannya).


Sabtu, 06 Oktober 2012

Song Of Rain

Song Of Rain



Apakah kau tau? Bahwa hujan sebenarnya bisa bernyanyi. Mereka memainkan ribuan alat musik bersama-sama, menciptakan nada-nada yang indah. Setiap detik, akan ada ribuan suara, nada dan melodi. Tapi tentu saja kau tidak akan bisa mendengarnya hanya dengan berdiri sambil melihat hujan. Kau harus menyambutnya dengan tangan terentang kemudian merapatkan telingamu di tanah. Di sanalah kau akan mendengarnya. Nyanyian hujan.
Dia adalah Sae, kakak perempuanku sekaligus anak tertua di dalam keluargaku.  sifat ramah dan penyayang yang dimilikinya membuatnya tidak sudah memiliki teman.  Dia selalu ceria dan memiliki banyak sekali cerita yang menarik. aku adalah salah satu dari sekian banyak penggemar cerita-ceritanya. Dari semua ceritanya yang paling aku suka adalah Nyanyian Hujan.
“Kau tau Ara, hujan itu sebenarnya bisa bernyanyi.”
“Ho, benarkah?” Aku terkejut sekaligus penasaran mendengarnya.
“Hm,” dia mengangguk mantap. “Nanti akan aku tunjukkan bagaimana cara mendengar nyanyian hujan saat hujan turun. Kau mau?”
Aku mengangguk dengan semangat menggebu. Aku suka sekali hujan, tapi aku tidak tau dia bisa bernyanyi. Yang hanya aku tau pekawinan hujan dan mentari akan menghasilkan pelangi.
****
Hujan turun. deras. Senyum kak Sae mengembang. Sudah hampir duapuluh menit dia berdiri di balik gorden dan melihat keluar jendela menunggu hujan menjadi sederas itu. Dia berlari membuka pintu kemudian berhenti di ujung teras. Dia merentangkan tangannya, memejamkan matanya kemudian menghirup aroma hujan yang basah siang itu.
“Araaa, cepatlah keluar.”
Aku bergegas menghampirinya. Dia menarik tanganku.
“Kita sambut hujannya.”
Kami menyapa hujan. Kak Sae menyuruhku merentangkan tangan sambil memejamkan mata kemudian mendongak menikmati tamparan-tamparan titik hujan.
“Apa kau merasakannya Ara? Kau merasakannya?”
“Merasakan apa?”
“Hujan. Wanginya dan sentuhannya dikulitmu.”
Aku mengangguk.
“Ayo,” Dia kembali menarik tanganku. Aku melihat apa yang kak Sae lakukan. Aku bingung melihat kak Sae tengkurap di tanah. “Ayo lakukan sepertiku. Kau ingin mendengar nyanyian hujan kan?”
Aku mengikuti perintahnya.
“Apa kau mendengarnya?”
Aku mengangguk. Menatap kak Sae masih dengan posisi tengkurap. Kami ternyesum seakan merasa begitu bahagia.
Kak Sae, apakah kau benar-benar bisa mendengar nyanyian hujan? Atau, apakah benar hujan itu bisa bernyanyi? Kak Sae, kau benar-benar tau bagaimana cara mencari kebahagiaan.
****
Saat kak Sae pertama kali mengajakku mendengar nyanyian hujan, usianya limabelas tahun dan usiaku Sembilan tahun. Saat dia berusia enambelas tahun dia meninggal dunia. Kak Sae meninggalkanku namun tidak membawa serta semua kenangan-kenangannya.
Dan setelah limabelas tahun berlalu, aku masih dan akan terus percaya; ketika hujan turun, itu adalah waktu di mana dia akan pulang ke rumah. Mengajakku mendengar nyanyian hujan.
****
*Baca sambil dengerin lagu yang jadi inspirasinya lebih kerasa loh ceritanya. Judul lagunya Song of Rain (Full instrument, without lyric) cari yang piano ya bukan yang string (lebih bagus soalnya).
**Terinspirasi dari soundtrack Love Rain (Song of Rain)
dan cerita masa kecilku tentang hujan.

#Dear Hida. Kapan kita main hujan lagi?
Berlari sambil merentangkan tangan,
membuat perahu dari pelepah pisang
dan membiarkannya berlayar sendir ke sungai
seperti waktu-waktu 18 tahun yang lalu.#

<3 Untuk Almarhum kakakku, Hidayatul Wiladah  yang selalu menemaniku bermain hujan<3 



Senin, 17 September 2012

Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara

Tanggal 16 September kemarin menghabiskan waktu di museum Negeri NTB bersama mylovely sister, Ridhol Walidaini. Niat awalnya sih maunya ke sana hanya 30 menit saja, tapi yang terjadi akhirnya sampai pukul 5.15 menit.
Okeh, kenapa harus ke Museum? Ada apakah di sana? Seperti yang tertulis di baliho besar yang ada di sebelah timur museum, sejak tanggal 16 sampai dengan 30 September mendatang, Museun Negeri NTB mengadakan pameran alat musik nusantara.
Nah itu sister aku yang tengah berpose di pintu masuk ruangan tempat alat musik dipamerkan. Ada beberapa alat musik yang sempat terabadikan. okeh ini dia diantaranya::
Apa ya namanya? coba di zoom ajjah fotonya. Awas, jangan melihat orangnya. Nanti terpikat karena saking imutnya, haha

Rabu, 01 Agustus 2012

Menjadi Guru TK itu...

My students at Kindergarten school

Menjadi seorang guru TK, tidak hanya dibutuhkan kesabaran yang luar biasa besarnya. Namun juga sifat ceria setiap harinya. Kita tidak mungkin menghadapi anak-anak yang usianya rata-rata 4-5 tahun itu dengan wajah masam. Kita juga tidak mungkin memaksa mereka untuk mengerti keadaan kita yang mungkin hari itu lagi tidak mood mengajar. Kitalah yang harus membuka pintu kemudian masuk ke dalam dunia mereka. Dunia bermain dan keceriaan. Kita juga harus tau bagaimana cara merajuk mereka. Menenangkan mereka saat menangis karena berebut mainan, jatuh atau dipukul teman (saat seperti ini kita menjelma menjadi ibu atau ayahnya).

Menjadi guru TK tidak hanya harus kreatif, tetapi juga harus tau apa yang anak-anak didik kita sukai. Sesekali kita harus mengajak mereka mengobrol sehingga mereka akan merasa aman dan nyaman bercerita dengan kita. kita harus bisa mengontrol diri agar jangan pilih kasih. Kita harus menyayangi, memerhatikan, mengerti dan mendekati mereka secara sama. Walaupun itu sulit. Memerhatikan satu-persatu 20-25 siswa dalam satu kelas. Namun, dengan memberikan sebuah senyuman sudah cukup mewakili kalau kita memerhatikan mereka.

Menjadi guru TK itu, mengajari kita tentang kepolosan. Mereka nakal namun cengeng. Mereka diam namun cerdas. Mereka aktif namun malas mengikuti pelajaran. Semua kekurangan pada mereka seperti selalu saja bisa dimaafkan. Karena mereka masih polos.

Aku belum bisa mengatakan kalau aku suka menjadi guru TK, tapi aku ingin mengatakan aku suka melihat mereka tersenyum bahagia saat berhasil menulis angka 1,2,3 atau huruf a,b,c. saat mereka manja ingin di pangku atau saat mereka memanggilku kemudian mencubit pipiku malah ingin menciumnya. Aku suka anak-anak (insya Allah harus punya banyak anak besok. Minimal 15, hehe)

SKS [Salam Kreatif Selalu]

Kamis, 19 April 2012

Teknik Menulis Judul Cerpen Paling Topcer



Oleh Joni Lis Efendi
www.menulisdahsyat.blogspot.com

Diskusi kita kali ini tentang judul cerpen. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis judul cerpen supaya lebih menarik, sesuai dengan isi dan elegan alias bisa dibawa ke atas (kalo dibawa ke tengah bisa kelelap alis tenggelam, hehe ...)

Hal yang harus diperhatikan:
1. Kata-kata yang menarik, enak didengar telinga dan nyaman dilihat mata.
2. Sesuai dengan isi cerpen.
3. Terdiri dari 1-4 kata, supaya lebih mudah diingat pembaca dan memberikan efek visualisasi yang kuat di imajinasi pembaca. Coba bandingkan: Menangkap Hantu (judul yg disarankan); Menjelang Tengah Malam Jumat Kliwon Kami Menangkap Hantu (judul yang terlalu panjang, tdk disarankan)
4. Memiliki makna luas, contoh kata "ibu" (bisa berarti orang yang melahirkan kita, pusat, induk, sebutan wanita dewasa, istri ayah, dll)
5. Kata aktif, supaya kesannya kuat. Contok kata aktif: Memperjuangan Cinta, contoh kata pasif; Cinta Diperjuangkan
6. Sesuai dengan segmen pembaca: contoh remaja suka yang romantis melankolis atau rada-rada gaul, wanita dewasa suka yang berbau romantis atau feminim, sastra lebih pas dengan judul metafora, anak-anak suka dengan kata-kata polos dan lugas.
7. Hindari kata-kata kasar atau makian. Contoh: Cewek Setan, Lelaki Anjing Kurap, Anak Tahi Kucing, dll
8. Hindari kata keterangan waktu atau tempat misalnya: Di Pasar Ini Aku Berjualan, Menunggu Senja yang Muram, Di Awal Pagi Aku Sendiri, dll. Kata-kata keterangan tempat dan waktu bersifat pasif dan cenderung jatuh ke kata klise (biasa).


Catatan: Cara Penulisan Judul
• Penulisan judul awal katanya harus HURUF BESAR atau seluruh katanya huruf besar,contoh "Wasiat Ayah" atau "WASIAT AYAH".
• Kata hubung atau keterangan (di, untuk, kepada, pada, ini, itu, sana, sini) tapi jika awal judul tetap huruf besar (contoh: "Kepada Ayah") kalau di tengah ditulis kecil "Surat kepada Ayah"

Contoh penulisan judul:
• "Sebait Puisi Matahari" (benar)
• "SEBAIT PUISI MATAHARI (benar)
• "sebaik puisi matahari" (salah)
• "Kado untuk Mama" (benar)
• "KADO UNTUK MAMA" (benar)
• "Kado Untuk Mama" (salah)
• "kado untuk mama" (salah)

Selasa, 17 April 2012

Ost Heartstring: Lucky-Jong Yong Hwa


Ini scene yang paling aku suka di Heartstring. Jong Yong Hwa, you make my heart melt in this time. Your voice, your character, your hand and the song ... <3. Mendengar ini selalu membuat nyaman.

Ost Heartstrings: Park Shin Hye ft. Lee Hyun Jin


Waktu Scene yang ini rasanya merinding banget dengerin suaranya Lee Hyun Jin dan permainan kelompok grup musik tradisonalnya Park Shin Hye cs. Amazing!

Ost Heartstring: I will forget you


Waktu Park Shin Hye nyanyiin lagu ini di drama Heartstring, nyampe banget apa yang ingin di katakan. Seperti judulnya, I will forget you. Perasaan yang sama pada waktu itu.

Kakak, Aku Merindukanmu

Hida and Me

Kakak, sudah berapa tahun kita tidak bertemu?
mengendapkan rindu pada dinding hatiku
Kakak, kau tau aku mengira-ngira
bagaimanakah rupamu sekarang?
atau apakah pekerjaanmu sekarang?
Kakak, karena tidak ada foto atau kartu pos yang kau kirimkan untukku
aku pikir kau mungkin melupakanku.
Kakak,kau tau bahwa aku selalu menunggumu
Ah, atau mungkin kau yang tengah menungguku di sana?
Kakak, kakak, kakak aku ingin menangis
Kakak, apa kau melupakanku?
Kakak aku rindu padamu

Bukuku: Kita Kata Cinta

Sampul depan buku

BACA TULISANKU DI SINI; UNTUK SEMUA YANG PERNAH DITINGGAL OLEH SESEORANG YANG SANGAT KALIAN CINTAI. DIKEMAS DENGAN GAYA DAN BAHASA YANG BERBEDA :D

ISBN: 978-602-225-230-6
Terbit: Januari 2012
Tebal: 242 halaman
Harga: Rp. 48.400,00


Deskripsi:
“Cericit burung di dedahan melantunkan tembang cinta. Kita yang kadang terjebak dalam sunyi yang membosankan selalu menghibur dengan kata-kata bijak: “Kehidupan seolah hanya memaknai salah satu titik yang akan dibaca oleh pewaris masa depan. Begitupun dengan cinta.” Percintaan memang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam membuat sebuah karya yang populer, mulai jatuh cinta hingga patah hati. Memotret realitas yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan cinta itu, seperti tentang para pecinta yang dimabuk cinta oleh kekasih mereka. Tapi ia tetap menempatkan agama sebagai batas dalam hubungan antara manusia lain jenis itu. Inti dari buku ini adalah sebuah pengajaran tentang nilai-nilai cinta yang agung dan suci, yang karenanya ‘cinta’ mesti dijauhkan dari syahwat yang terlarang, yang hanya akan merusak keagungan dan kesucian cinta itu sendiri.”
(Hylla Shane Gerhana, Analyst Unicef, Cerpenis dan Pecinta Sastra)

“Ketika lagu tak hanya sekedar pemanis di telinga, saat lirik tak hanya rangkaian aksara saja, manakala melodi bukan cuma irama semusim. Kita Kata Cinta, menyajikan cerita inspiratif yang terlahir dari lagu-lagu indah. Tak ada satu pun kejadian di dunia ini yang tak berarti. Cinta dan rindu menjadi sajian yang kembali melengkapi kisah yang ada. Melodi mengalun indah dalam tarian pena yang tergenapi. Sungguh, nada-nada ini terlalu manis untuk dilewatkan.”
(Endang SSN, Penulis Novel “Harmoni Cinta di Ujung Senja”)

silakan di order lewat website Leutika Prio atau klik link ini: http://www.leutikaprio.com/produk/11027/kumpulan_cerpen/1201398/kita_kata_cinta/11061523/writing_revolution_04
atau bisa langsung order sama saya

Bukuku: Writing Dream

Cover depan buku


SATU LAGI BUKUKU TENTANG DUNIA TULIS MENULIS.

ISBN: 978-602-225-234-4
Terbit: Januari 2012
Tebal: 229 halaman
Harga: Rp. 46.500,00


Deskripsi:
Semua berawal dari impian. Orang-orang besar membangun kesuksesannya dari batu bata impian yang mereka susun dari awal. Boleh saja orang-orang menganggap itu gila, tapi mereka menggigit kuat-kuat impiannya itu sampai terwujud. Inilah saatnya kamu mewujudkan impian menjadi seorang penulis. Semua orang berhak bermimpi untuk menjadi penulis hebat. Nah, tulislah sekarang juga impian besarmu itu. Kemudian berusahalah untuk mewujudkannya dengan segenap perjuangan, kegigihan, konsistensi, dan antusiasme yang meluap-luap. Buku ini berisi impian-impian besar calon penulis masa depan Indonesia. Tanpa membatasi umur, mulai dari anak SD sampai ibu-ibu turut menulis impiannya di dalam buku ini. Ramuan semangat dan kisah nyata terasa teramat manis sebagai langkah awal yang penting dalam menapaki karier kepenulisanmu. Genggam erat impianmu, dan jadilah bagian dari penulis yang berdedikasi untuk membangun peradaban Indonesia lebih maju dan bermartabat di mata dunia.

silakan di order lewat website Leutika Prio atau klik link ini: http://www.leutikaprio.com/produk/110212/dunia_tulis_menulis/1201394/writing_dream_mewujudkan_impian_menjadi_penulis/11112641/writing_revolution
atau bisa langsung order sama saya

Bukuku: World Of Fantasy

Cover depan buku

SEBUAH TULISAN TENTANG DUNIA MIMPI DAN FANTASI; TULISAN TENTANG SIWON YANG KUTULIS UNTUK ZEE ADA DI SINI.


ISBN: 978-602-225-233-7
Terbit: Januari 2012
Tebal: 233 halaman
Harga: Rp. 47.100,00

Deskripsi:
“Mencoba mengulang sukses dan kembali berkolaborasi dengan penulis Senarai Tarian Imaji dan Ber-soundtrack 100 % Cinta. World of Fantasy dikemas dengan intensitas aksi fantasi yang tinggi. Sejak cerita bergulir hingga menjelang cerita berakhir, konflik terus dieksplorasi lewat pertempuran yang nyaris tanpa henti antara karakter protagonis dan antagonis. Menggarap sekuel, namun juga menambahkan bobot konflik. Caranya, dengan memunculkan karakter antagonis dengan kekuatan yang jauh lebih hebat sejak menit-menit awal. Surprise yang seharusnya diberikan oleh ending tersebut menjadi sedikit nilai lebih efek dari buku ini.” (Hylla Shane Gerhana, Analyst Unicef, Cerpenis, dan Pencinta Sastra)

Senin, 16 April 2012

An Unforgetable Moment

            Waduh, lupa nih tanggal berapa tepatnya, yang pasti saat liburan anak sekolahan kali ya. Aku, adikku [Ridhol] dan keponakanku [Ling-Ling] pergi jalan-jalan ke mall. Rencana utama ke mall adalah narsis-narsisan di foto box. Ternyata bukan cuma narsis, tapi kami sangat beruntung karena ternyata kami adalah pelanggan pertama. terang aja, wong datengnya waktu toko yang lain belum buka.
           Kami memilih foto box yang besar, lebih mahal sih, tapi enakan yang besar biar bergeraknya lebih leluasa. Dan akhirnya, inilah dia hasil gila-gilaan itu.

Before


Sabtu, 14 April 2012

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter Six

#6. Just a feeling—Need to see you

Ternyata Edel adalah mahasiswa kedokteran semesrter akhir. Ia harusnya wisuda tahun ini, namun gara-gara terbawa oleh masalah pribadinya, tugas akhirnya belum juga kelar. Aku bisa menebak kalau Edel itu cerdas hanya dari ceritanya. Dia adalah asisten dokter di rumah sakit umum, tempatnya praktik dulu. Sampai sekarang si dokter meminta Edel terus menjadi asistennya karena menurut dokter itu Edel sangat teliti.
“Harusnya kamu itu jadi orang hebat,” kataku.
Edel salah tingkah, rupanya ia tersipu dengan pujianku. Suasana sudah cukup menyenangkan karena Edel tidak lagi menangis. Sekarang dia meneguk jus jeruknya, tegukan yang terakhir karena sekarang gelas itu kosong.
“Mau lagi?” tanyaku. Dia menggeleng. Padahal aku masih bisa meminum tiga gelas jus lagi, tapi nggak enak dong kalau aku minum sendirian.
Sayup-sayup terdengan lagu Ipang-bintang hidupku. Ah, lagu yang selalu aku nyanyikan untuk Edelweiss waktu itu. Perlahan tanganku berpindah ke punggung tangan Edel. Dia kaget, hingga ekspresinya sedikit tersentak. Namun dia tidak menolak genggamanku. Secepat itu, matakupun memaku matanya yang berwarna coklat itu. Aku rindu Edelweissku. Sangat.
Aku slalu bernyanyi/Lagu yang engkau ciptakan/Kau nyanyikan/Dan aku slalu ikuti/Semua cerita tentangmu/Hari-harimu/Kau jadi inspirasiku/Smangat hidupku/Dikala aku sedih/Dikala aku senang/Saat sendiri dan kesepian/Kau bintang di hatiku/Apapun yang kau lakukan Baik dan buruk bagiku tetap indah/Tak satupun alasan untuk melupakanmu meninggalkanmu/Aku slalu berdiri mendukungmu/Dikala engkau terbang/Dikala engkau jatuh/Sampai mati kukan tetap setia/Aku slalu berdiri dibelakangmu/Dikala kau dipuja/Dikala kau dihina/Sampai mati kukan tetap membelamu…Kau tetap bintangku

Jumat, 13 April 2012

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter Five

#5. Someone like you—Wipe your eyes, please!

Aku marah pada Idi karena dia tidak memberitahuku bahwa Edel itu seorang dokter. Idi merasa tidak bersalah dan tidak pantas dimarahi karena memang aku tidak pernah bertanya padanya. Benar juga sih dan kenapa juga aku marah-marah karena hal itu? Mau edel itu dokter kek, arsitek kek, koki kek, guru kek atau bukan siapa-siapa sekalipun aku tidak peduli. Tapi masalahnya masa sih Edel yang bersamaku malam itu adalah seorang dokter muda yang cantik dan manis yang aku temui di rumah bi Aini? Astaga, aku belum mau percaya. Dan malam ini otakku dipenuhi oleh bayang-bayang Edelweiss, Edelweiss dan Edelweiss.
Minggu pagi kuputuskan untuk berolahraga ringan di depan kamarku. Beberapa kamar kos kosong, mungkin penghuninya pulang kampung. Hanya tinggal aku, Idi dan beberapa orang saja sehingga menjadikan suasana kos sepi. Tapi di luar ramainya minta ampun.
Setelah merasa cukup, aku istirahat di kursi rotanku [sebenarnya milik ibu kosku]. Aku melihat gerbang, kaget. Ada Edel di sana. Dia melangkah ke arahku. Dekat, semakin mendekat. Aku bangkit dari kursi kemudian masuk ke kamar. Niat menutup pintu, tapi tangan Edel menahannya.
“Ini kamar 09 bukan 07.”
“Aku ingin bertemu denganmu.”

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter Four

#4. Aku maunya kamu, titik!—I miss you

Sudah tiga hari aku menahan rindu. Di hari yang ketiga ini aku bersumpah pada diriku untuk menuntaskan rindu. Tapi, bagaimana caranya? Aku tidak tau apa-apa. Rumahnya, keluarganya, tempat biasanya dia berada. Benar-benar blank. Mungkin ini yang dinamakan galau.
Sementara itu, Idi terus-terusan menesehatiku agar menjauh dari Edel. Dia khawatir kalau Rudi marah lantaran aku ikut campur masalah mereka. Idi mengatakan bahwa aku cari masalah atau cari mati. Ah, anak kecil! Masalah seperti itu tidak mungkin aku pusingkan. Edel memang manis tapi aku tidak berharap lebih jauh.
“Kak Ember mau ikut?”
“Ha?” Idi mengagetkanku yang tengah melamun. “Ke mana?”
“Ke warung depan. Cari makan. Atau kak Ember sudah masak?”
Aku menggeleng. “Kamu pergi saja, Di. Aku masih mau menunggu.”
“Menunggu?”
Aku mengangguk.
Idi melihat kiri-kanan kemudian bicara dengan nada berbisik, “Edel?”
aku menarik nafas panjang kemudian berkacak pinggang. “Bukan. Tapi Bi Aini. Sudah tiga hari tidak ke sini. Aku rindu nasi bungkusnya.”
Idi tertawa geli mendengarr kata-kataku. Dia pikir aku menunggu Edel. Padahal yang sebenarnya aku sangat merindukan senyum Bi Aini juga nasi bungkusnya yang lezat seperti masakan mamaku.
“Ah, kak Ember bisa saja.”
“Udah, sana pergi saja!”

Memendam Perasaan Itu Lebih Sakit Daripada Putus Atau Ditolak


“Aku benar-benar mencintaimu.” Mungkin itu memang bukanlan kata-kata yang cukup untuk meyakinkanmu tentang perasaan yang sudah aku pendam selama ini. Tapi, intinya bukan itu, …
Kau melihatku tanpa berkata sepatah katapun. Tatapanmu sungguh mencurigakan, karena yang aku lihat tatapan itu hampa. Apakah ada kata yang ingin kau katakan? Kau akan menerimaku? Ataukah menolakku?
****
Ah, seandainya adegan di atas adalah kenyataan dan bukanlah mimpiku semata mungkin akan lebih baik. Memendam perasaan seperti ini rasanya lebih sakit daripada harus putus atau ditolak. Dalam kamus besar nona cupid, cinta itu bukanlah hanya masalah dua kata “diterima” atau “ditolak”. Cinta lebih dari kata-kata itu. Tentang pengorbanan, tentang saling memiliki, saling menjaga, kesetiaan, saling mengerti, kejujuran, keberanian, pengungkapan rasa atau mungkin juga tentang pengkhianatan, permainan atau sakit hati.
Maka memendam cinta termasuk yang mana? Apakah yang indah? Atau yang menyakitkan? Dalam kamus nona cupid, memendam cinta sama seperti menahan kentut (haha,). Rasanya akan lega jika sudah kita keluarkan dan tidak penting apa reaksi orang-orang disekitar. Tapi akan sakit jika tidak kita keluarkan, malah mungkin akan menjadi penyakit. Ya, memendam perasaan pada seseorang yang disukai adalah lebih menyakikan daripada putus atau ditolak.
Jadi sebenarnya, menyatakan cinta itu tidak penting ditolak atau diterima. Ini adalah tentang kejujuran dan keberanian pada diri sendiri. Jika setiap orang berhak merasakan cinta, maka setiap orang juga berhak menyatakan cinta. Menyatakan cinta itu tidaklah memalukan, karena mencintai itu adalah hal yang sangat mulia (daripada kau membenci). Jawaban setelah pernyataan itu nomor dua, yang terpenting adalah kau harus menyatakannya.
Memendam perasaan sejenis cinta akan membuat dadamu sesak sehingga kau tidak bisa bernafas. Perasaan itu akan mengendap di dadamu selama kau memendamnya dan itu sangat bahaya [hehe,].
So, tidak peduli kau perempuan atau laki-laki. Jika perasaanmu masih tergantung di dadamu segera keluarkanlah. Lalu, apapun jawabannya itu tidak penting [ya, walaupun ngarep-ngarep gitu kan?]. Yakinkankanlah diri sendiri bahwa cinta itu tidak harus disembunyikan namun diperlihatkan. Cinta itu tidak akan menyakitkan namun menenangkan. Cinta itu seharusnya manis seperti strawberry tidak pahit seperti pare. Cinta itu hangat seperti kopi tidak dingin dan beku seperti es batu. Cinta itu berwarna-warni seperti pelangi tidak muram seperti mendung.
Bagaimana? Mau mencoba untuk menyatakan cintamu? Don’t give up! Fighting!!

*padahal guweh udah 5 tahun kagak bisa ngeluarin sampai orangnya pergi jauh :D* 
*Dan tulisan ini dibuat untuk pembaca agar tidak mengikuti jejakku. Semoga kalian bisa bersama dengan orang yang kalian cintai dan mencintai kalian ^_^*

Karena bintang itu hanya akan indah jika kita melihatnya dari kejauhan

Dream High 2 character


Pernah jatuh cinta pada seorang bintang? Ah, baiklah apapun bahasanya yang penting maksudnya sama. Seorang bintang, apakah itu adalah idola yang selalu kita lihat di layar TV ataukah seseorang yang begitu terkenal di lingkungan kita seperti sekolah, kantor atau kampus.
Aku pernah dan itu beberapa kali. Menyukai mereka karena akting atau karena bakat mereka. Itu sungguh menyenangkan bisa menyukai mereka seperti itu. Memburu gambar-gambar mereka di majalah atau internet kemudian menempelnya di album, pintu lemari atau tembok. Ah, bintang saat itu aku tidak akan berfikir akan ada banyak orang yang seperti aku, mencintaimu juga. Dan jika ada aku akan cemburu.
Ketika dewasa, aku menyadari bahwa perasaan seperti itu tidaklah bisa disebut cinta. Kalaupun cinta tidak mungkin kita akan melupakannya saat dia tidak bersinar lagi. Apakah kita mencarinya? Apakah kita akan mencari gambar-gambarnya dan mengoleksinya? Kalaupun iya, apakah mereka tau? Kalaupun itu cinta, apakah kita bisa mengatakannya?
Saat itu aku kira itulah yang sebut dengan suka musiman atau semacam hujan lewat atau mungkin sama seperti fashion, yang lagi trend-lah yang akan paling kita sukai [hukum alam]. Langit malam tidak akan sama dan tidak akan memperlihatkan bintang yang sama setiap harinya. Mereka akan bergantian dari malam bulan ini dengan malam bulan yang besok.
Bintang tetaplah bintang dan rumput tetaplah rumput. Rumput tidak mungkin bisa menggapai bintang dan bintang tidak mungkin akan menyapa rumput. Maka tetaplah bintang itu di atas, karena mereka memang lebih indah dilihat dari kejauhan. Dari bawah sambil tidur di atas rumput.
Begitulah aku menyukaimu Bintang. Aku tak berharap meraihmu, cukuplah melihatmu dari kejauhan dan menikmati sinarmu yang berkelap-kelip. ^_^

Kamis, 22 Maret 2012

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter three

 
#3. Kamu manis kataku—Kamu memang manis kayak serabi
“Udah Mbak, jangan nangis lagi. Saya paling tidak bisa melihat perempuan nangis. Rasanya gimana gitu.”
Edel menyeka matanya dengan saputangan yang aku berikan. Dia memandang jauh ke depan. Bodoh, seharusnya aku tidak di sini melihat perempuan ini menangis tapi di kamar kosku mengerjakan tugas bersama Idi.
Aku sudah mengaku padanya kalau aku bukan tukang ojek. Anehnya dia tidak marah malah tidak percaya kalau aku ini bukan tukang ojek. Gila! Masak wajahku kelihatan kayak tukang ojek sungguhan? Aku juga sudah menjelaskan siapa diriku dan kenapa aku berbohong. Dengan senang hati dia memakluminya.
Sekarang aku yang merasa aneh. Kenapa ya perempuan baik selalu dan akan tercampakkan. Dan orang yang menyampakkannya itu adalah orang terbodoh di dunia. Termasuk aku. Aku adalah laki-laki yang bodoh.
Aku kaget ketika dia menyodorkan tangannya. Beberapa detik baru aku ngeh kalau dia mau berkenalan.
“Edelweiss,” katanya.
Deg-seerr. Jantungku nauk turun berdebarnya. Kok namanya Edelweiss? Sama kayak nama kok-kosanku. Eh, maksudku bukan itu. Namanya sama seperti mantanku.

Kamis, 08 Maret 2012

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter two

 
#2. Dag dig dug—Suara genderang atau …

Berkat perkenalan yang sangat memalukan, Bi Aini tidak pernah absen ke kosku. Baik membawakanku barang dagangannya –nasi bungkus dong tentunya– atau barang-barang pesananku: beras, sayur atau lauk. Karena sebenarnya aku lebih suka masak sendiri daripada beli. Tapi, setelah mengenal bidadari yang baik hati seperti bi Aini, kadang aku lebih memilih membeli nasi bungkusnya. Soalnya masakannya mirip-mirip masakan mamaku
***
“Kak Ember nggak kuliah?” Jumaidi, teman satu kos dan satu kelasku yang paling rajin.
“Kuliah dong, Dek.” Aku melihat jam tanganku yang sudah usang –saking tuanya jarum detiknya sudah hilang entah kemana dan aku tidak tau bagaimana proses hilangnya– . Ah, masih ada limabelas menit lagi. Dasar Jumaidi, rajin bener. Kadang-kadang malah tigapuluh menit sebelum jam masuk dia sudah ada di kampus. Tapi, aku suka berteman dengan orang pintar dan rajin seperti dia.
“Mau samaan?” tanyanya lagi. sekarang dia sudah ada di atas sepeda motornya.
Tanpa berkata apa-apa, aku masuk ke dalam kamar dan mengambil tasku kemudian memakai sepatu. Setelah mengunci kamar, aku naik di belakangnya.
Ya, aku masih kuliah. Pasti kedengarannya lucu. Di usia ke-25 tahun aku masih semester satu. Hanya ada satu alasan untuk hal ini dan aku tidak berminat untuk membahasnya. Kalian bertanya, aku akan menjawab no comment. Yang jelas aku tidak masalah menjalani kuliahku semester satu diusiaku yang tua ini.
***

EDELWEISS AND SEPTEMBER chapter one

#1. Perkenalan—Pagi pertamaku di tempat yang baru
Lima belas Desember, akhirnya aku pindah lagi. Kali ini ke tempat yang jauh dan tak ada yang mengenalku. Aku yakin pasti bisa menjalankan hidup yang baru ini. Tapi, aku tidak yakin apakah aku akan diterima lebih baik di sini daripada di tempatku sebelumnya. Ya Tuhan, tetaplah di sampingku.
Pagi ini aku meninggalkan tempat tidurku lebih awal. Sambil menyeruput the hangat, aku duduk di kursi rotan yang ada di depan kamar kosku. Aku menghirup udara pagi yang segar untuk pertama kalinya di tempatku yang baru ini. Memerhatikan keramaian pagi yang ceria. Para pedagang, ibu-ibu yang menyapu halaman depan rumahnya, serta orang-orang yang jogging. Wah, ini membuatku semangat. Aku beranjak dari dudukku kemudian meloncat-loncat kecil.
Sayangnya aku masih memakai baju –tidur– t-shirt bermotif spongebobku. Kalau tidak, aku pasti sudah mengekor orang-orang yang jogging tadi. Aku memang akan sangat bersemangat jika melihat orang-orang yang bersemangat. Itu seperti motivasi untukku.
Aduh, tapi perutku sepertinya tidak bersahabat. Lapeeerrrrr. Perutku bunyi ala perut keroncongan gitu deh yang semua orang pasti tau bunyinya bagaimana. Teh hangat tadi rupanya tidak mampu menyogok perut lapar. Aku kembali masuk ke kamarku dan melihat persediaan makanan. Alamak, kosong melompong. Tidak ada sebutir beras atapun sepotong tempe yang selalu menjadi menu kesukaanku.