Jumat, 08 Juli 2011

PUISI : CORETAN SEDEHANA UNTUK DIA YANG SEDERHANA


Biarkan aku merangkai makna dari setiap langkah hidupmu yang pelik
dari senyum kecilmu yang setengah ikhlas karena lelahmu
aku selalu mencoba menarik garis – garis halus dari setiap sudut dirimu
hingga nantinya aku berharap akan menjadi sesuatu yang indah
yang bisa kuhadiahkan untukmu
karena engkau berbeda: ya, engkau terlalu berbeda
aku tak pernah selalu ingin memujimu
karena tak ada satu adampun yang melebihi penciptanya
aku selalu ingin mendengar keluhan – keluhanmu (seperti kemarin)
hingga aku merasakan bahwa engkau ingin berbagi denganku
atau pertanyaan – pertanyaanmu (yang kadang aneh – aneh)
sehingga kita bisa berdiskusi ria hingga melupakan waktu dan segalanya


PUISI : SEPERTI SENYUMMU YANG DULU


Aku masih mencari mimpiku
Juga inspirasiku  seperti senyummu yang dulu
Di setiap sisi – sisi kota
Di setiap jalan-jalan yang gersang
Juga dalam setiap senyummu yang mulai memudar
Aku masih selalu berharap
Akan ada keajaiban dalam setiap senyum
Juga peluh dan keinginan yang ikhlas
Sama seperti senyummu yang kini mulai memudar
Entahlah,
Apakah dibalik dinding-dinding kotor kota tua kita
Ataukah disisi-sisi jalan gersang itu
Tempat aku meletakkan impianku?
Hanya senyummu yang sebening embun
Yang dulu selalu kau lontarkan itu
Yang bisa menjawabnya
Kau membawa inspirasi itu pergi
Bersama senyummu yang kini mulai memudar

:::Wiladah El-Fairy Liandra

MOZAIK-MOZAIK UNTUK DUNIA

Bagiku menulis bukanlah sebuah hobi atau kesenangan, tetapi menulis adalah sebuah kebutuhan hidup yang tidak akan pernah bisa aku tinggalkan. Aku sama sekali tidak bisa mengubah dunia atau berbagi dengan mengalunkan nada-nada karena  suaraku tidak tidak sebagus Agnes Monika atau Avril Lavigne. Juga tidak bisa membangun rumah-rumah amal karena Aku tidak punya uang banyak atau harta melimpah. Tapi, aku memiliki mozaik-mozaik yang kurekam dengan pena melalui tinta-tinta emas.
Aku memasuki dunia tulis-menulis dengan satu tekad. Aku ingin  berbagi kebahagiaan dan mengubah dunia menjadi lebih ceria. Aku belajar menjadi lebih dewasa dengan menulis. Memahami diri sendiri dengan mengeja huruf-huruf yang kususun dengan sepenuh hati. Tidak ada dunia yang lebih bisa memahamiku selain dunia menulis. Dan aku ingin semua yang membaca tulisanku ikut merasakannya.

Minggu, 03 Juli 2011

PELANGI

 By:: Wiladah El-Fairy Liandra
1.
Dua tahun yang lalu tatapan mata kita beradu. Aku masih ingat kau panggil apa aku waktu itu. Wanita cantik yang ada di layar itu. Rasanya saat itu juga kau sudah mencuri hatiku. Memisahkannya dari raga ini kemudian menyembunyikannya entah di dasar hatimu yang mana. Aku pun bingung pada diriku sendiri. Mengapa aku bisa merasakannya. Rasa yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya saat bersama mereka.
2.
Pagi itu kita bertemu lagi. Namun, dengan keadaan yang berbeda. Juga dengan perasaan yang berbeda. Saat itu kau membuatku merasa seakan akulah wanita yang paling bahagia di dunia ini. Aku merasakan kesempurnaan yang tiada taranya. Dan rasa itu kembali muncul. Apa kau juga merasakannya? Kemudian aku berimajinasi tentang masa depan kita berdua. Akankah kita tetap seperti ini hingga mati? Apa kamu mau bersamaku?