Sabtu, 14 Mei 2011

Yuk Rame-Rame Nangkap si Ide


by Joni Lis Efendi
www.menulisdahsyat.blogspot.com


            Lagi nggak ada ide, nih?
...             Hari gini gak ada ide, ke sumur aja cuci muka, hehe…
            Padahal ide itu banyak banget loh. Kalau nggak percaya, buktikan saja sendiri. Nyatanya ide itu ada di mana-mana.
            Biasanya ide itu datang tanpa permisi dan pergi begitu saja tanpa pamitan. Memang ide itu tipekal orang yang suka-suka, susah diatur dan memang nggak bisa diatur, waduh. Tentunya kamu pernah mendapat ide waktu lagi jalan-jalan sore, nongkrong di halte, kongkow-kongkow di mal, pas lagi baca buku, waktu masak, atau sedang bertapa dalam toilet eh tiba-tiba ide melintas dalam kepala kamu.
            Ayo buruan tangkap!
            Gimana cara nangkap ide itu?
            Gampang, yang kamu butuhkan hanyalah tindakan cepat, tepat dan on time. Caranya akan dijelaskan setelah ini. So, lanjutkan dulu bacanya.
Masing-masing kita pastinya mempunyai pengalaman hidup, penghayatan religiusitas, kekayaan intelektual, pengalaman beribadah (spiritual), penderitaan, kerinduan pada kekasih, kesepian, kejengkelan pada dunia di sekitar, kepekaan sosial dan politik, pandangan kritis terhadap tradisi dan modernitas, serta apa saja yang bergejolak di dalam diri kita serta reaksi batinnya terhadap berbagai fenomena di lingkungan sekitarnya, adalah lahan-lahan subur bagi lahirnya bayi yang bernama ide. Di lahan-lahan itulah, ide biasa menggeliat atau melintas. Tinggal bagaimana kecekatan kita untuk menangkap dan mengolahnya menjadi karya yang enak dibaca.
         

TENTANG KITA : KKN BABUSSALAM part 1

-->
Masih melekat di benakku suasana pagi berkabut di desa Babussalam. Aku pikir hanya di sembalun saja kabut putih lembut itu datang. Tapi ternyata di desa pinggiran kota Gerung, kabut itu juga muncul. Pagi di babussalam memang berbeda dengan Mataram. Setidaknya di desa yang agamais itu aku bisa memanjakan paru – paruku dengan udaranya yang belum tercemar. Bisa melihat bagaimana manjanya embun yang enggan melepaskan diri dari dedaunan. Kadang jika tidak malas aku bercanda sebentar dengan daun – daun yang sudah meninggalkan induk semangnya (haha, menyapu maksudnya (^o^)). Ah, Kalau tidak salah itu adalah pagi ketiga sejak aku dan sembilan temanku memutuskan untuk menetap 1 bulan kedepan di sana karena tugas kuliah yang memang wajib kami jalankan. Awalnya aku setengah hati, namun sembilan orang itu dan pagi menakjubkan yang selalu menyapaku membuatku berubah pikiran.