Sabtu, 06 Oktober 2012

Song Of Rain

Song Of Rain



Apakah kau tau? Bahwa hujan sebenarnya bisa bernyanyi. Mereka memainkan ribuan alat musik bersama-sama, menciptakan nada-nada yang indah. Setiap detik, akan ada ribuan suara, nada dan melodi. Tapi tentu saja kau tidak akan bisa mendengarnya hanya dengan berdiri sambil melihat hujan. Kau harus menyambutnya dengan tangan terentang kemudian merapatkan telingamu di tanah. Di sanalah kau akan mendengarnya. Nyanyian hujan.
Dia adalah Sae, kakak perempuanku sekaligus anak tertua di dalam keluargaku.  sifat ramah dan penyayang yang dimilikinya membuatnya tidak sudah memiliki teman.  Dia selalu ceria dan memiliki banyak sekali cerita yang menarik. aku adalah salah satu dari sekian banyak penggemar cerita-ceritanya. Dari semua ceritanya yang paling aku suka adalah Nyanyian Hujan.
“Kau tau Ara, hujan itu sebenarnya bisa bernyanyi.”
“Ho, benarkah?” Aku terkejut sekaligus penasaran mendengarnya.
“Hm,” dia mengangguk mantap. “Nanti akan aku tunjukkan bagaimana cara mendengar nyanyian hujan saat hujan turun. Kau mau?”
Aku mengangguk dengan semangat menggebu. Aku suka sekali hujan, tapi aku tidak tau dia bisa bernyanyi. Yang hanya aku tau pekawinan hujan dan mentari akan menghasilkan pelangi.
****
Hujan turun. deras. Senyum kak Sae mengembang. Sudah hampir duapuluh menit dia berdiri di balik gorden dan melihat keluar jendela menunggu hujan menjadi sederas itu. Dia berlari membuka pintu kemudian berhenti di ujung teras. Dia merentangkan tangannya, memejamkan matanya kemudian menghirup aroma hujan yang basah siang itu.
“Araaa, cepatlah keluar.”
Aku bergegas menghampirinya. Dia menarik tanganku.
“Kita sambut hujannya.”
Kami menyapa hujan. Kak Sae menyuruhku merentangkan tangan sambil memejamkan mata kemudian mendongak menikmati tamparan-tamparan titik hujan.
“Apa kau merasakannya Ara? Kau merasakannya?”
“Merasakan apa?”
“Hujan. Wanginya dan sentuhannya dikulitmu.”
Aku mengangguk.
“Ayo,” Dia kembali menarik tanganku. Aku melihat apa yang kak Sae lakukan. Aku bingung melihat kak Sae tengkurap di tanah. “Ayo lakukan sepertiku. Kau ingin mendengar nyanyian hujan kan?”
Aku mengikuti perintahnya.
“Apa kau mendengarnya?”
Aku mengangguk. Menatap kak Sae masih dengan posisi tengkurap. Kami ternyesum seakan merasa begitu bahagia.
Kak Sae, apakah kau benar-benar bisa mendengar nyanyian hujan? Atau, apakah benar hujan itu bisa bernyanyi? Kak Sae, kau benar-benar tau bagaimana cara mencari kebahagiaan.
****
Saat kak Sae pertama kali mengajakku mendengar nyanyian hujan, usianya limabelas tahun dan usiaku Sembilan tahun. Saat dia berusia enambelas tahun dia meninggal dunia. Kak Sae meninggalkanku namun tidak membawa serta semua kenangan-kenangannya.
Dan setelah limabelas tahun berlalu, aku masih dan akan terus percaya; ketika hujan turun, itu adalah waktu di mana dia akan pulang ke rumah. Mengajakku mendengar nyanyian hujan.
****
*Baca sambil dengerin lagu yang jadi inspirasinya lebih kerasa loh ceritanya. Judul lagunya Song of Rain (Full instrument, without lyric) cari yang piano ya bukan yang string (lebih bagus soalnya).
**Terinspirasi dari soundtrack Love Rain (Song of Rain)
dan cerita masa kecilku tentang hujan.

#Dear Hida. Kapan kita main hujan lagi?
Berlari sambil merentangkan tangan,
membuat perahu dari pelepah pisang
dan membiarkannya berlayar sendir ke sungai
seperti waktu-waktu 18 tahun yang lalu.#

<3 Untuk Almarhum kakakku, Hidayatul Wiladah  yang selalu menemaniku bermain hujan<3