Minggu, 03 Juli 2011

PELANGI

 By:: Wiladah El-Fairy Liandra
1.
Dua tahun yang lalu tatapan mata kita beradu. Aku masih ingat kau panggil apa aku waktu itu. Wanita cantik yang ada di layar itu. Rasanya saat itu juga kau sudah mencuri hatiku. Memisahkannya dari raga ini kemudian menyembunyikannya entah di dasar hatimu yang mana. Aku pun bingung pada diriku sendiri. Mengapa aku bisa merasakannya. Rasa yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya saat bersama mereka.
2.
Pagi itu kita bertemu lagi. Namun, dengan keadaan yang berbeda. Juga dengan perasaan yang berbeda. Saat itu kau membuatku merasa seakan akulah wanita yang paling bahagia di dunia ini. Aku merasakan kesempurnaan yang tiada taranya. Dan rasa itu kembali muncul. Apa kau juga merasakannya? Kemudian aku berimajinasi tentang masa depan kita berdua. Akankah kita tetap seperti ini hingga mati? Apa kamu mau bersamaku?

3.
Dan sore setelah pagi itu, Hujan membasahi bumi yang sudah gersang ini. Di ujungnya aku melihat kamu. Ah, bukan! Itu pelangi. Tapi aku melihat kamu di pelangi itu. Setengah lingkaran berwarna-warni yang selalu dikagumi. ya, aku mengagumimu seperti pelangi itu. Bahkan aku melihat warna yang lebih indah daripada pelangi itu pada dirimu.
4.
Setiap saat, aku mengagumimu. Merindukanmu. Terkadang kita bercinta di bawah purnama yang indah yang memiliki cahaya perak yang hangat. Ah, ada bayangan kita berdua di danau itu. Kau mencumbuku dengan begitu mesranya. Kau mengajariku banyak hal tentang cinta. Tapi... benarkan kau tau apa itu cinta? Seperti semua rayuanmu yang membuatku bertekuk lutut?
5.
Bulan maret dua tahun yang lalu. Di sanalah engkau pelangiku. Masih melengkung. Tapi di pertengahan maret itu kau meredup. Kau bilang ada bidadari lain yang kau cumbu. Kau bilang dia bidadarimu yang dulu. Kau bilang kau lebih mencintainya. Pelangiku... kau meredup di langit hatiku.

6.
Tapi, cinta itu tidak memudar. dia tumbuh semakin kuat. Dan rasa itupun masih rasa itu, Pelangiku. Rindu pun menyerangku seperti migrant yang membuat orang tersiksa. Tapi, ini tak ada obatnya. Selain engkau menemuiku sekarang juga. Ah, apalah artinya harga diri untuk cinta? Bukankah cinta itu gila? Bukankah cinta itu sangat bertentangan dengan logika?
7.
Aku mencoba untuk melukismu lagi. Walaupun dengan tinta hitam putih. Walaupun dengan terbata-bata. Bisakah kita memulai lagi walaupun aku berada diantara kalian? Walaupun mungkin tak ada lagi yang bias aku pertahankan? Cintaku sudah tak bisa menunggu lagi.

8.
Sembilan bulan itu adalah kenangan. Kenangan seindah siluet dan aurora. Aku yakin, penderitaan adalah sesuatu yang bisa kita tukarkan untuk mendapatkan kebahagiaan. Itu yang aku yakinkan pada diriku saat kamu melukaiku. Luka ini akan terbayar dengan kebahagiaan.
9.
Ah, tapi sampai kapan luka ini akan menggores dinding hatiku? Setahun terluka dan semenit aku bahagia. Pelangiku, bisakah kau bawakan aku cahaya hangat sang mentari? Untuk mencairkan kebekuan hatiku ini? Bisakah kau menghapuskan kerinduan dan kesedihan ini dengan penghapus ajaibmu itu. Seandainya kubandingkan, kamu lebih ingin menjadi pelangi atau bulan?
10.
Dan mungkin kamu lebih memilih untuk diam, selamanya jangan pernah mencariku atau melihatku lagi. Mungkin wajahku akan lebih berseri tanpa senyummu. Bisakah kita menyakiti orang yang kita cintai? Bahkan bulanpun akan menangis jika bintang tidak mau berbagi sinarnya.
11.
Mungkinkah cintamu serapuh istana pasir? Atau setajam duri-duri kaktus yang indah? Atau berbisa seperti bisa phiton? Apakah makna cinta dihatimu? Apakah hanya sebuah kenikmatan? Atau hanya sekedar kata-kata yang tersusun dengan begitu rapinya dan bisa kau sodorkan untukku? Agar aku bias kau permainkan seperti bola basket? Ah, aku tak mau dilempar masuk ke dalam ring. Aku mau ke dalam hatimu.
12.
Pelangi, mungkin takkan seindah dua tahun yang lalu. Mungkin takkan kucintai seperti dua tahun yang lalu. Mungkin takkan kukagumi seperti dua tahun yang lalu. Tapi takkan pernah aku lupakan. Tapi akan selalu aku ingat seperti dua tahun yang lalu. 

2 komentar:

Nik Salsabiila mengatakan...

Mungkin pelangimu tak seindah dulu...namun tidakkah kau lihat...bahwa dunia begitu penuh dengan berjuta warna. Pelangimu akan tetap ada di sana meski tak lagi melihat ke arahmu...maka cobalah mencintai hujan, awan, mentari...dan semua pembias sang pelangi...maka kelak kau akan mengerti mengapa cinta terkadang tak harus memiliki...^^
aku tunggu jejaknya di blog aku yaa...

Wiladah Azzahra [FU] mengatakan...

iya ^_^. thanks komennya...

Posting Komentar

Janganlah menjadi JAELANGKUNG yang datang tak dijemput dan pulang tak diantar dengan tidak meninggalkan jejak anda dengan berkomentar :D